-->

Featured Posts

Kisah kelahiran bayi kembar kesultanan Ottoman

Peristiwa Kelahiran kembar sangatlah jarang terjadi dalam Dinasti Ottoman. Salah satu Kelahiran kembar yang terjadi pada masa Ottoman adalah Kedua Putra kembar Sultan AbdülHamid yaitu Şehzade Mehmed Bedrededin Efendi & Şehzade Ahmed Nureddin Efendi. Mereka merupakan Putra Bungsu Sultan yang lahir pada tahun 1900 dari Putri Abkhazia yaitu Behice İkbal Hanım. Sultan memberikan nama kedua putranya itu dengan nama saudaranya sebelumnya yang telah wafat ketika masih belia.


Faktanya menurut memoar catatan Putri Sultan AbdülHamid yaitu Ayşe Sultan menyatakan bahwa Di usianya yang masih balita Şehzade Mehmet Bedreddin telah Menunjuk kecerdasannya, suatu hari sultan pernah berkata untuk menyanjung putranya itu dengan penuh kasih sayang diikuti dengan rasa kekagumannya pada putranya itu - "Diamlah Putraku, jangan berbicara apapun kepadaku, kecerdasanmu telah membuatku gentar" Ucap Sultan untuk menyanjung putranya. Malangnya, Salah satu dari kedua Putra kembar Sultan yaitu Şehzade Mehmed Bedreddin Efendi meninggal dunia ketika ia baru berusia 2,5 tahun dengan riwayat penyakit Meningitis yang dideritanya. la dimakamkan di Kompleks Pemakaman Yahya Efendi, peristiwa ini membuat Ibunya yaitu Behice İkbal harus menerima kesedihan yang mendalam akibat kepergian putranya itu pada usia belia.

Sedangkan saudara kembarnya yaitu Şehzade Ahmed Nureddin Harus menjalani masa hidup yang sulit di tengah kemelut menjelang keruntuhan Kekhalifahan Ottoman. Şehzade Nureddin terpaksa harus berpisah dari ayahandanya ketika ia baru berusia 8 tahun, pada waktu itu para tentara menyerbu istana Yıldız, di sisi lain ayahandanya yaitu Sultan AbdülHamid dibawa dengan Kendaraan menuju tempat buangan di Thessaloniki Yunani, untuk menjalani masa Pengasingan selama 3 tahun.

Waktu itu Sultan hanya ditemani oleh 3 putrinya serta kedua putranya yaitu Şehzade Abdürrahim Hayri Efendi & Şehzade Abid Efendi beserta ibu mereka. Para tentara yang telah memasuki area Ruangan Mabeyn di Istana Yildiz Kemudian mengunci ruangan Harem, sementara itu beberapa keluarga Sultan masih berada di dalamnya. Di sisi lain, Şehzade Nureddin sangat hendak ingin ikut dengan ayahnya di pengasingan, namun naasnya ia sempat kehilangan Fez nya, ia berpikir bahwa ia akan sangat memalukan ketika ia menghadap ayahnya tanpa mengenakan Fez nya, sementara ia masih terus mencari fez - nya yang hilang, ia tertinggal oleh rombongan tentara yang membawa ayahnya, meskipun ia sangat ingin untuk dapat pergi menemani ayahnya di pengasingan. Sementara Rombongan Sultan menuju tanah antah berantah di Thessaloniki, masalah lain datang menghampiri Keluarga Sultan yang masih tertinggal, istana Yildiz Dijarah, serta para pangeran diusir ke jalanan.

Şehzade Nureddin efendi Mengalami nasib paling malang diantara saudara?nya, dikarenakan ia & ibunya tidak diberi uang maupun tempat tinggal. Disisi lain, para Pangeran & Putri Sultan yang memiliki penghasilan maupun aset pribadi dijarah serta disita oleh para tentara İttihat ve Terakki, Yang kemudian mereka memutuskan untuk mendeportasi keluarga Sultan dari tanah Ottoman. Bersama dengan ibunya, Şehzade Nureddin tinggal bersama kakak perempuan tertuanya yaitu Zekiye Sultan, Kemudian mereka pindah untuk tinggal bersama Kakeknya di Beşiktaş.

Ketika kakeknya juga di asingkan, mereka tinggal di Kompleks perumahan di Bomonti. Disini ia tinggal bersama ibunya dalam pengawasan polisi. Pada tahun 1913, Ketika Sultan AbdülHamid dipulangkan dari Thessaloniki ke Istanbul, Şehzade Nureddin segera menemui ayahandanya di Istana Beylerbeyi, mereka bertemu kembali setelah sekian lama terpisah satu sama lain, air mata pun tak terbendung lagi diantara keduanya, di dekapan pelukan ayahnya Şehzade Nureddin menangis seraya

berkata "Wahai Ayahku, Aku akan tetap tinggal disini bersamamu", namun ayahandanya tidak ingin ia menjadi tahanan seperti dirinya. sejarah utsmani Nureddin efendi yang telah menempuh pendidikan militer sejak berusia 7 tahun, dikirim ke Jerman untuk menempuh pendidikan disana, dimana Şehzade Ömer Faruk, Şehzade Osman Fuad, Şehzade AbdülHalim, Şehzade Abdürrahim, dan Şehzade Şerefeddin Efendi Juga belajar disana. Sejak ia kalah dalam pertempuran, ia kembali ke negaranya pada 1919 dengan ribuan masalah, setelah kembali ia juga segera menikah dengan Ayşe Andelib Hanım - Putri dari Adapazarlı Hüsnü Paşa, Salah Satu pelayan ayahnya. Ayşe Andelib Hanım juga memiliki saudara kembar seperti Suaminya itu. Ketika kekhalifahan dihapuskan dan para anggota dinasti diasingkan, Nureddin Efendi yang Berusia 23 tahun bersama dengan istri & Lala nya Halil Bey ia diasingkan oleh pemerintah. Meskipun ibunya & Saudara Andelib Hanım,

Celal Bey Tidak diasingkan, namun mereka datang dan turut membersamai Nureddin efendi di Napoli, Italia. Ketika mereka kehabisan uang, mereka menjual perhiasan milik ibu ataupun istrinya, ibunya juga memberikannya uang dari waktu ke waktu meskipun hanya ala kadarnya. Dikemudian hari ia menitipkan Ibunya kepada kakak iparnya Celal bey di Napoli, ia kemudian pergi ke Paris bersama saudarinya Şadiye Sultan untuk bekerja disana. Namun ia tidak menemukan pekerjaan yang layak disana. Ketika perang dunia pecah, hidup menjadi lebih sulit, ia ingin pergi ke Spanyol yang waktu itu tidak tergabung dalam peperangan.

dalam kondisi musim dingin, setelah menempuh perjalanan diantara salju, Andelib Hanım Mengalami kesakitan di bagian kakinya di perjalanan. Suaminya berkata "Pergilah ,Tinggalkan aku, Selamatkan dirimu". Şehzade Kemudian membawa Tim Palang Merah untuk merawat istrinya, dan membawanya kembali ke paris. Tubuh Şehzade Nureddin Yang telah terkulai lemah, jatuh sakit setelah menempuh perjalanan. Dia wafat di Paris pada 2 Juni 1945, ia dimakamkan di pemakaman muslim Bobigny di Paris.

Ayşe Sultan mengatakan bahwa Saudaranya itu telah menjadi salah satu korban dari peristiwa Pengasingan ini. "Kami dapat mengirim Andelib Hanım ke Istanbul dengan ribuan permasalahan yang datang." ujar Ayşe Sultan. Ibu Şehzade Nureddin - Behice Ikbal tak pernah menyangka akan kehilangan putra semata wayangnya, ia terus menanti kedatangannya dalam hidupnya. Diatas batu nisan makam Şehzade Nureddin, tertulis "Prince Ahmed Noureddin, Fils Sultan AbdülHamid II Ne 1900 - 11 Juin, Décéde 2 Juin 1945"

Ada pula Surah Al Fatihah yang tertera di atas batu nisan, disebelah pemakaman nya ada sebuah masjid dan Pondok Kecil. Disini, ia bertemu dengan Darwis Şazeli seminggu sekali setiap hari Sabtu. Disana, ia mendengarkan Lantunan Zikir yang kemudian menghantarkannya tidur untuk menuju peristirahatan terakhir
kalinya. Şehzade Nureddin memiliki kegemaran mengendarai kereta kuda, ia juga gemar mengoleksi cemeti? pedati. la dikenal sangat dermawan, la gemar memberi sementara tak sebanding dengan penghasilan nya. Itulah kenapa dia semasa hidupnya, ia hidup dalam kesusahan. la menikah pada usia muda, ia menghindari pesta pora, Putra satu? nya yang ia miliki dari Andelib Hanım yaitu Mehmed Bedrededin meninggal dalam insiden kebakaran saat mereka berada di Paris, sejak saat itu ia sudah tidak memiliki keturunan lagi hingga kini.
• Sumber ekrembugraekinci.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel